seni itu mahal
MURAL ART
Mural memberikan definisi sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding dipandang tidak hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus ada dalam bangunan rumah atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai medium untuk memperindah ruangan. .
Mural juga berarti lukisan yang dibuat langsung maupun tidak langsung pada permukaan dinding suatu bangunan, yang tidak langsung memiliki kesamaan dengan lukisan. Perbedaannya terletak pada persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh lukisan dinding, yaitu keterkaitannya dengan arsitektur/bangunan, baik dari segi desain (memenuhi unsur estetika), maupun usia serta perawatan dan juga dari segi kenyamanan pengamatannya.
Mural pada perkembangannya telah menjadi bagian dari seni publik yang melibatkan komunikasi dua arah. Seniman mural melakukan komunikasi secara visual kepada masyarakat terhadap apa yang ingin dicurahkannya, sedangkan masyarakat sebagai penikmat dalam praktiknya mampu berinteraksi langsung kepada seniman. Hal ini semakin menunjukkan dalam seni mural, bahwa interaksi tidak hanya dilakukan secara visual yang menganut pandangan ‘seni adalah seni’ tanpa pertanggungjawaban yang pasti, namun mural juga mampu mendekatkan dirinya sebagai seni yang berinteraksi juga secara verbal. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh pencerahan dalam dunia seni rupa dan secara teknis, masyarakat awam dapat mengambil peran sebagai seniman juga.
Proses memunculkan citraan atau imaji terbentuk dari gambar. Melukis adalah memvisualkan atau mengeksekusi secara estetik kaidah-kaidah dalam seni rupa. Melukis di dinding (mural) secara prinsip berbeda halnya dengan melukis di kanvas. Lukisan di atas kanvas, sejak pertama mulai dipraktekkan di masa Renaisans dianggap membawa serta semangat pembaharuan dan cita-cita modern. Berbeda dengan tradisi mural yang sarat dengan pesan dan nilai keyakinan adat bersama maupun pemahaman karakteristik sosial, melukis pada kanvas lebih mencirikan semangat individual. Sejak saat itu pula nama pembuatnya (sang pelukis) jadi dikenal, nama itu dianggap penting: sebagai pencipta.
Lukisanpun punya ‘tempat’ khusus dan mandiri (yaitu kanvas), jadi ‘objek’, hingga bisa bergerak dipindahkan dari satu tempat ketempat lain; lukisan tak lagi terikat pada tempat yang sudah punya cerita dan pesan. Lukisan tercipta mandiri. Maka arti yang bisa dikandung sebuah lukisan pun dianggap mandiri, berhubungan dengan kebebasan sang senimannya.
Hal lainnya adalah pada kerjasama tim yang ada dalam proyek mural. Hampir tidak ada karya mural hasil dari satu orang seniman, hal demikian tidak hanya melibatkan orang lain dalam mempersiapkan kerja kasar saja, namun juga melibatkan orang lain dalam melakukan brainstorming serta sekaligus mengeksekusi. Dalam perspektif seni rupa populer atau seni rupa massa, maka mural mampu membentuk masyarakat homogen yang bisa dengan cukup memiliki solidaritas bersama hingga bisa memiliki cita rasa dominan.
Dinding yang dipakai sebagai media dalam mural yang biasa dipakai adalah dinding penyangga jembatan layang, tembok sisi sungai dan tembok rumah pinggir jalan yang dibiarkan tidak terawat. Sedangkan di Jogja, dinding yang dipakai adalah tembok di gang-gang kampung yang dikerjakan dengan cara beramai-ramai oleh masyarakat setempat. Sebelum ada mural tembok-tembok tersebut terlihat kotor, meskipun bersih pun warna putih terlihat mencolok mata terutama pada siang hari dan terkesan monoton. Namun dengan adanya mural mulai terbentuk citra ke arah pembaharuan visual sehingga berkesan fresh dan lebih berwarna.
MURAL : FUNGSI DALAM KOMUNIKASI VISUAL
Mural tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna. Bagi pembuatnya, ada pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui mural. Ada pesan dengan memanfaatkan kehadiran mural dengan mencitrakan kondisi sekeli
Komentar
Posting Komentar